“MENJADI seorang guru bukanlah suatu pekerjaan yang gampang. Namun menjadi seorang guru matematika adalah suatu kebanggaan bagi saya karena itu merupakan impian saya sejak kecil,” ujar Ny. Nissa.

Guru matematika yang saat ini mengajar di SMKN 2 Tarakan, merupakan satu dari sekian banyak guru yang punya segudang pengalaman. Mengawali karirnya sebagai guru sejak tahun 1997 hingga sekarang.

Kelahiran Surabaya, 28 Januari 1969 ini memulai pendidikannya dari TK hingga perguruan tinggi di Kota Surabaya. Memilih jurusan matematika di Universitas Muhamadiyah Surabaya, dengan alasan ia sangat menyukai matematika. Mengapa? Matemtika dianggap induk dari semua ilmu pengetahuan, baik Bahasa Indonesia, biologi, fisika dan yang lainnya.

Ibu dari seorang anak ini berstatus sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan penghasilan per bulan kurang lebih Rp 2 juta. Menurutnya penghasilan sebesar itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Selama dua belas tahun mengajar, banyak sekali suka maupun duka yang dialaminya. “Dalam proses mengajar pun tak sedikit siswa nakal maupun yang tidak menyukai matematika saya temukan. Namun, hal itu menjadi penyemangat bagi saya untuk terus memotivasi dan mengajarkan ilmu yang saya miliki buat murid-murid saya,” lanjutnya.

Dalam proses mengajar, ia menerapkan metode belajar yang santai dengan memaksimalkan fasilitas yang disediakan oleh negara, sehingga para pelajar menjadi nyaman dan mengerti apa yang diajarkannya.

Hal yang sama juga diungkapkan Sugeng, guru matematika di SMKN 2 Tarakan. Pria yang pernah mengajar di SMP dan SMA Mulawarman ini mengatakan, dalam mengajar ia menggunakan metode pembelajaran yang tujuannya agar para siswa bisa lebih memahami tentang pentingnya pelajaran matematika.

“Metode yang saya gunakan bermacam-macam, ya ada diskusi, ya ada penugasan kelompok, ceramah, terkadang ada latihan terbimbing. Intinya bermacam-macam lah yang penting tujuan saya tercapai,” ujarnya.

Pria berlogat Jawa ini menjelaskan, matematika bukanlah sesuatu pelajaran yang sulit. “Seperti yang kita bayangkan, bahwa metematika dapat dijadikan sebagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.”

Kelahiran Klaten, 11 Desember 1978 itu lebih menggunakan metode belajar yang bersifat interaktif. Misalnya, menggunakan tips-tips menarik yang dapat membuat muridnya terkesan seperti humor, dan sulap matematika. Tujuannya agar muridnya tidaklah bosan. “Namun, tetap saja ada murid-murid yang tidak memperhatikan pelajaran matematika ini,” tutur Sugeng.

Ada suka dan duka yang dialami Sugeng dalam menghadapi murid-muridnya. “Membuat anak murid saya untuk senang dengan matematika itu susahnya setengah mati. Untuk merubah imej bahwa matematika mudah itu tidak segampang pemikiran saya. Butuh perjuangan yang melelahkan. Sampai sekarang saya belum berhasil mengubah imej anak bahwa matematika itu menyenangkan. Dan sukanya jika saya melihat murid saya sukses dan berhasil.”

Penghasilan pokok yang ia peroleh saat ini sekitar Rp 1.400.000,00. Baginya pendapatan ini sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Saat ini ia hanya memakai bahan ajar yang bisa membuat muridnya menyukai pelajaran matematika.

Diposting oleh JURNALIS PELAJAR TARAKAN-NUNUKAN Kamis, 26 November 2009

0 komentar

Posting Komentar

Subscribe here

Visitor

comment


ShoutMix chat widget

Best Momment