MENGINTIP kondisi bangku–bangku di SMKN2 Tarakan, cukup mengasyikan. Selain tersusun rapi di ruang belajar, ternyata ada juga bangku yang penuh coretan menggambarkan kisah–kisah mereka sejak sejak awal masuk tahun ajaran baru .

BEBERAPA kisah atau story yang ditulis para pelajar di SMK 2 Tarakan, lebih banyak berupa coretan yang mengungkapkan curahan hatinya. Kami mewawancarai Sri Rahayu, guru IPS kelas 3 yang telah lima tahun menjadi guru. Ia bercerita mengenai kebiasaan siswanya (gemar membuat kata-kata di bangku sekolah). Penyebabnya, mungkin karenakan kenakalan remaja yang telah menjadi fenomena universal.
"Ya... yang namanya anak muda, rasa isengnya pasti juga ada,” tuturnya. Walau ada larangan dan peringatan bagi mereka yang mencoret meja atau kursi, tetap saja kebiasaan itu menjadi budaya.

Hasil pengamatan, di beberapa deret kelas terdapat beberapa kursi lama yang telah diperbaiki dan digunakan kembali. Kata Sri Rahayu, bangku-bangku yang berlebih dapat dipakai lagi oleh para siswa. Dengan sedikit sentuhan dari siswa–siswi bagian teknik produksi, kursi yang berlebih tadi dapat disulap menjadi sebuah kursi panjang. Menurutnya, apabila ada kursi dan meja yang baru, maka kursi dan meja yang lama akan diganti.

Sanksi apa saja yang akan diberikan kepada mereka yang ketahuan mencoret-coret meja dan kursi? “Apabila ada yang ketahuan, maka akan dihukum. Hukuman itu berupa tugas yaitu membersihkan sendiri meja dan kursinya entah dengan cara apa pun.” Tapi ada juga lho pelajar yang suka corat-coret, tapi tidak ketahuan sang guru.
Tak heran bila mereka lebih suka mencoret-coret meja ketimbang mencurahkan pikirannya di atas kertas.

Tri Agus, guru yang mengurusi bagian sarana prasarana menuturkan, pada tahun ini pergantian kursi baru saja dilakukan karena adanya bantuan dari Pemda dan Pemprov setempat. Ia juga menjelaskan adanya pemotongan poin yang akan dilakukan apabila siswa ketahuan melakukan pelanggaran. Sosialisasinya telah jelas, diumumkan setiap upacara hari senin.

"Pikiran anak muda umumnya dituangkan di atas meja, karena saya lihat tidak ada yang bersih itu mejanya di setiap sekolah,” tuturnya. Menurutnya, hal ini sebenarnya wajar mengingat mereka masih muda. Biasanya anak-anak remaja, penuh dengan imajinasi-imajinasi yang keluar dari pikiran mereka. Seharusnya, kemampuan tersebut dicurahkan ketempat yang tepat dan benar, sehingga bernilai positif dan tidak menjadi kontraproduktif seperti saat ini. Penanganan khusus akan dilakukan apabila mereka terbukti dengan sengaja merusak sarana-prasana sekolah.
***
TERNYATA SMKN 2 Tarakan ini juga pernah menerima bantuan berupa kursi dan meja dari SMPN 1 Tarakan. “Dan apabila terdapat kelebihan kursi, maka akan dihibahkan ke sekolah aliansi,” kata Tri Agus.

Yuli dan Riska, murid kelas X jurusan elektronika mengaku bahwa mereka sering mencoret-coret mejanya sendiri untuk mengisi kekosongan waktu. "Soalnya senang aja kalo udah nyoret-nyoret meja,” tuturnya. Walau mereka mendapat teguran, namun keduanya tetap saja menorehkan coretan-coretan ke atas meja.

Tak hanya kedua pelajar itu saja yang telah menghiasi beberapa meja belajar dengan coretan tangannya. Hampir seluruh siswa SMKN 2 Tarakan pernah melakukannya. Menurut pengakuan siswa-siswi di kelas II TKBB, walau ada rasa senang dan puas setelah mencoret-coret meja, tetap saja mereka menyadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan masuk dalam katagori tidak baik.


Kelompok 10
Anggota
Eva SMA Don Bosco
Nurmashita SMAN 3 Tarakan
Melita SMA Paguntaka Tarakan
Wesley SMAK Tunas Kasih

Diposting oleh JURNALIS PELAJAR TARAKAN-NUNUKAN Sabtu, 28 November 2009

0 komentar

Posting Komentar

Subscribe here

Visitor

comment


ShoutMix chat widget

Best Momment